Cerita kecil tahajjud : Umar bin Abdul aziz

Istri Umar bin Abdul aziz, Fathimah binti Abdul Malik, berkata kepada Al Maghirah bin Hakim, ” Hai Mughirah, saya tahu bahwa kadang-kadang diantara manusia ada orang yang lebih rajin shalat dan puasanya daripada
Umar. Akan tetapi, saya tidak pernah melihat orang yang dekat kepada Tuhannya seperti kedekatan Umar. Setelah shalat isya pada akhir waktunya, dia merebahkan dirinya di atas tempat sujudnya. Dia berdoa dan menangis hingga tertidur. Kemudian, dia bangun lalu berdoa dan menangis hingga tertidur. Demikian seterusnya hingga subuh” (Al Zuhd karya Ibn Hanbal h.299, Hilyah Al Auliya jil.5 h.360)
**
Rindukah kita pada Allah yang menjanjikan surga? Seperti rindunya Umar bin Abdul Aziz? Atau pamrih saja atas amal yang kita kerjakan “separuh hati” dan berharap bisa memasukkan kita ke dalam surga? Tak bisakah kita sedikit mencintai Zat yang tiap hari tanpa henti memberi rizki kepada kita dan tanpa henti pula juga catatan penghianatan dan dosa kita beri kepada-Nya tiap hari?
Atau seperti apa kita rindu pada shalat malam kita? Masihkah kita jadi PECANDU TIDUR yang begitu nikmatnya dengan tidur dispring bed yang empuk ditemani istri yang cantik dan selimut yang tebal serta AC yang berhembus dan “membiarkan Allah menunggu” picingan mata kita “berharap” mau berkhalwat dengan-Nya? Padahal Rasulullah SAW pun tidur hanya beralaskan daun kurma yang ketika bangun terbekaslah garis-garis dedaunan di punggungnya yang menyebabkan pecahnya tangisan umar ketika melihat kekasihnya seperti itu?
Hamba macam apa kami ini ya Robb ..
Irhamna Ya Robb. Irhamna.
HAL JAZA UL IHSANI ILLAL IHSAN

Previous
Next Post »